Rabu, 20 Juni 2012

Simulasi Pedagogi dan Andragogi Kelompok 15


Anggota Kelompok:

Pada hari sabtu tanggal 16 Juni 2012, kami diberikan tugas untuk melakukan simulasi peran Pedagogi dan Andragogi, berikut simulasi yang kelompok kami lakukan...
 
Paedagogi
Simulasi paedagogi yang kelompok rancang mempunyai setting di lapangan olahraga. Merinda berperan sebagai guru dan Fonds dan Chindy berperan menjadi murid sekolah dasar (SD) kelas 1. Mula-mula lakon yang dilakukan kelompok yaitu guru membawa murid-murid ke lapangan untuk olahraga. Setelah berbaris, kemudian kegiatan olahraga pun dimulai. Murid mengikuti gaya olahraga yang dilakukan sang guru secara tahap per tahap. Namun, murid juga melakukan beberapa kesalahan ketika berolahraga sehingga guru yang membenarkan dan kemudian murid pun mengikuti kebali gaya olahraga yang benar.
Jadi, pada paedagogi gurulah yang mengarah pembelajaran dan murid hanya menjadi peserta pasif.


Andragogi
Pada simulasi andragogi, peran yang kelompok lakukan yaitu Merinda dan Fonds berperan menjadi peserta didik dan Chindy berperan sebagai pendidik. Dari simulasi ini dapat dilihat bahwa pada andragogi peserta didik telah memiliki kesadaran sendiri untuk menyelesaikan atau mencari pemecahan masalah dan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator.
Simulasinya sebagai berikut :
Pada akhir pelajaran, pendidik memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya kepada peserta didik. Setelah pelajaran selesai, peserta didik dengan kemauan dan kesadaran sendiri pergi mencari tahu tentang materi yang telah diberitahukan sebelumnya dengan terjun langsung ke lapangan untuk menelitinya. Sehingga pada pertemuan selanjutnya peserta didik telah siap dan apabila terdapat hal yang kurang dipahami akan ditanyakan kepada pendidik.

Jumat, 08 Juni 2012

Proyek Mini

Anggota Kelompok :
 * G Naomi Sirait ( 11-035 )
 * Fera ( 11-037 )
 * Chindy ( 11-097 )
 * Fonds Novel ( 11-105 )


Topik : Peran Teknologi sebagai Media Belajar pada Siswa SMA
Judul : Gambaran Peran Smartphone dalam Dunia Belajar Siswa SMA Sutomo I


I. PERENCANAAN

A. Pendahuluan
Sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang dalam berbagai hal, baik untuk bisnis, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan semakin majunya pengetahuan umat manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, topik yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah “Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA”.
Adapun topik tersebut dipilih karena peran teknologi tidak terlepas dari dunia pendidikan sekarang ini. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi berhubungan dengan kemajuan teknologi. Contohnya saja pada tahun 90-an, anak-anak maupun orang dewasa belum semuanya menggunakan telepon genggam. Pada tahun 2000-an telepon genggam sudah mulai banyak dipergunakan secara umum dan telepon genggam itu sendiri juga sudah muncul berbagai jenis. Semakin bertambahnya waktu, telepon genggam juga semakin canggih. Sekarang ini, sudah muncul berbagai jenis telepon genggam seperti smartphone, android, dsb. Hal tersebut juga menyebabkan anak-anak zaman sekarang sudah tidak asing lagi untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Landasan Teori
1. Smartphone
Telepon pintar (smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, dan kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Secara umum, smartphone adalah sebuah ponsel multifungsi yang menggabungkan beberapa fungsi dari sebuah PDA, seperti personal scheduler, kalender dan phonebook. Sebuah smartphone dilengkapi dengan kemampuannya untuk mengakses internet, cek e-mail, memainkan online game sampai menulis dan mengedit dokumen spreadsheet seperti file Microsoft Word dan Excel layaknya sebuah komputer mini. Oleh karena itu, seperti halnya pada komputer, Anda juga dimungkinkan untuk membuat sebuah aplikasi yang selanjutnya dapat dijalankan pada smartphone.

Berikut adalah ciri-ciri smartphone :
  • Sistem Operasi
Ini merupan ciri yang paling utama dari sebuah smartphone.  Ponsel  bisa disebut smartphone kalau didalamnya sudah dibenamkan sebuah sistem operasi. Contoh dari sistem operasi Android, Symbian, Windows Mobile, dll.
  • Perangkat Keras
Setiap smartphone harus memiliki dukungan perangkat keras yang mampu menjalankan sistem operasi yang telah dibenamkan di dalamnya. Perangkatnya sama dengan sebuah PC hanya saja dalam ukuran yang kecil.
  • Pengolah Pesan
Satu lagi hal yang didapat dalam smartphone yaitu pengolah pesan yang lebih dari ponsel biasanya. Smartphone memiliki keunggulan dalam mengolah pesan yaitu berupa pesan elekronik (e-mail).
  • Mengakses Internet
Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah smartphone adalah bisa digunakan mengakses web / internet dan konten yang disajikan di browser-nya, sudah hampir mendekati seperti layaknya kita mengakses web lewat komputer.
  • Aplikasi
Hal yang membuat menyenangkan adalah smartphone dapat dijejali berbagai aplikasi, selama aplikasi tersebut sesuai dengan sistem operasi yang ada. Biasanya untuk mendapatkan aplikasi, para produsen smartphone telah menyediakan tempat khusus untuk berbelanja aplikasi.
  • Keyboard QWERTY
Ini adalah yang membuat tampilan smartphone terlihat begitu berbeda, dia memiliki keyboard qwerty. Walau saat ini sudah banyak ponsel biasa yang mengusung keyboard semacam ini. Namun keyboard qwerty pertama kali diadopsi oleh smartphone.
  • Office
Kelebihan lainya adalah aplikasi pengolah data-data office. Setiap smartphone memiliki kemampuan  semacam ini yang dapat diperoleh dengan menginstal apilkasi office. Aplikasi semacam ini dapat diinstal sendiri ataupun bawaan dari pabrik.

Fungsi-fungsi smartphone meliputi :
1.      Menggantikan komputer
·        Viewer
·        Editing
·        Office
·        Email
·        Internet
2.      Menelepon
3.       Mengirim pesan pendek (SMS)

2. Siswa
a. Pendekatan sosial
Siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

b. Pendekatan Psikologis
Siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan.

c. Pendekatan edukatif / paedagogis
Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa/i kelas SMA 1 dengan jangkauan umur 14-16 tahun dimana siswa/i yang bersangkutan sedang berada pada tahap masa remaja. Peneliti memilih subjek tersebut karena memandang bahwa masa tersebut merupakan masa dimana permulaan menggunakannya smartphone dengan optimal dan untuk anak yang berada di bawah umur tersebut dianggap belum mahir dalam menggunakan smartphone.
Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berpikir yang dicirikan dengan kemampuan berpikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam berpikir hipotetis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus – bukan hanya satu – dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak (Keating, dalam Carlson, dkk.,1999). Menurut Nettle (2001), remaja juga dapat berfikir tentang proses berpikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata – sebagaimana hal-hal yang nyata – untuk menyusun hipotesa atau dugaan.
Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk memilih remaja (siswa kelas X Sutomo I) sebagai subjek penelitian.

C. Alat atau Bahan
1.     Kuesioner sebagai alat ukur tes
2.     Printer untuk mencetak kuesioner
3.     Kamera untuk dokumentasi

D. Analisis Data
Kuesioner sebagai alat ukur yang terdiri atas 30 item dibagikan dan diisi oleh dua kelas yang berbeda, yakni kelas X-1 dan X-21. Hasil data yang diambil bertujuan untuk melihat apakah fungsi-fungsi yang terdapat di dalam smartphone berguna bagi kedua kelas tersebut dalam dunia belajar mereka. Maka, kuesioner kemudian dikategorisasikan dalam golongan berperan, netral, dan tidak berperan. Skor tertinggi yang dapat dihasilkan yakni sebesar 30. Kemudian skor dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kuartil atas, median, dan kuartil bawah. Data diolah dengan statistik deskriptif menggunakan tendency central berupa modus. Berikut adalah pembagian interval skor yang merepresentasikan masing-masing kategorisasi :
-       Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 0 hingga 7,5 (kuartil bawah), maka kesimpulannya adalah smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
-       Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 7,5hingga 22,5 (median), maka kesimpulannya smartphone termasuk ke dalam kategorisasi netral dalam dunia belajar mereka.
-       Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 22,5hingga 30 (kuartil atas),  maka kesimpulannya adalah smartphone berperan dalam dunia belajar mereka.

E. Objek atau Subjek
Data yang diambil dari sekolah SMA Sutomo 1 Medan dengan subjek penelitian adalah murid SMA 1 Sutomo I. Populasi murid SMA kelas X di sekolah Sutomo 1 berjumlah sekitar  1056 orang, dan melihat keterbatasan waktu penelitian, sampel yang dipilih berjumlah 40 orang yang diambil dari dua kelas dan dianggap mewakili populasi, yakni dari kelas X-1 dan X-21.

F. Jadwal Pelaksanaan
Þ   26 April 2012 : Penentuan topik dan judul
Þ   28 April 2012 : Menentukan asumsi teori yang dipilih
Þ   30 April 2012 : Menyusun pendahuluan dan landasan teori
Þ   1 Mei 2012     : Menyusun kuesioner serta alat dan bahan
Þ   2 Mei 2012     : Menanyakan ketersediaan SMA Sutomo I untuk diteliti
Þ   3 Mei 2012     : Meminta surat izin fakultas
Þ 7 Mei 2012     : Mendapat izin dari SMA Sutomo 1 dan menentukan hari yang dipilih untuk melakukan penelitian
Þ 14Mei 2012 : Melakukan penelitian ke SMA Sutomo I dengan menyerahkan 40 kuesioner kepada kepala SMA Sutomo I untuk diisi oleh siswa
Þ18 Mei 2012  : Mengambil kuesioner yang telah diisi , memberikan reward, dan dokumentasi
Þ 27 Mei 2012  : Menganalisis data

G. Kalkulasi Biaya
1.     Biaya print kuesioner : Rp 800,-
2.     Biaya fotokopi kuesioner : Rp 24.000,-
3.     Biaya transportasi : Rp 20.000,-
4.     Biaya reward : Rp 17.000,-  
Total biaya : Rp 61.800,-

II. PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan penelitian ini, kelompok berkumpul di lokasi tujuan penelitian, yaitu sekolah SMA SUTOMO I,  Jl. Letkol Martinus Lubis No.7 Medan, yang berlangsung pada 14 Mei 2012, pukul 09.00 WIB. Sebelum memasuki gerbang sekolah, kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, reward dan kamera. Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin masuk dari satpam untuk bertemu kepala sekolah. Sesampainya di kantor kepala sekolah, kelompok menjelaskan mengenai tujuan penelitian dengan detail kepada kepala sekolah.
Berhubung karena peraturan SMA SUTOMO I tidak mengizinkan tamu untuk berkunjung ke kelas-kelas, maka kepala sekolah kemudian menyuruh salah satu pegawai untuk membantu kelompok dalam membagikan kuesioner. Kelompok kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner secara detail kepada pegawai tersebut. Berhubung pengisian kuesioner tidak dapat langsung diisi pada saat itu karena dianggap dapat mengganggu proses belajar, maka kepala sekolah SMA SUTOMO 1 Medan meminta kelompok untuk kembali lagi pada tanggal 18 Mei 2012 untuk mengambil kuesioner, membagikan reward dan dokumentasi dengan beberapa responden. Pada tanggal 27 Mei 2012, kelompok baru menganalisis data karena seluruh anggota kelompok baru dapat berkumpul dan mengerjakannya bersama-sama.

III. PELAPORAN DAN EVALUASI
A. Laporan
Dari data yang diperoleh dari 40 sampel , didapatkan :
-       16 siswa/i menyatakan bahwa smartphone turut berperan (berguna) dalam dunia belajar mereka.
-       24 siswa/i menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka.
-       Tidak ada satu orang pun yang menyatakan bahwa smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
Dari data-data yang diperoleh tersebut,dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel (26 murid SMA kelas X Sutomo I) menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka.
Sifat netral disini dapat diartikan bahwa subjek merasa smartphone bermanfaat dalam dunia belajar mereka, seperti fungsi smartphone yang telah disebutkan pada landasan teori, yakni smartphone mempermudah subjek dalam mencari informasi-informasi dan juga pengetahuan-pengetahuan baru yang up-to-date, smartphone menyediakan aplikasi notes yang dapat berguna sebagai reminder mereka, aplikasi kamus yang dapat digunakan kapan saja, dan subjek juga bisa menggunakan aplikasi pengolah data office yang terdapat di dalam smartphone untuk menulis atau mengedit tugas mereka.
Namun, disamping manfaat-manfaat positif yang telah disebutkan, smartphone juga memiliki dampak negatif dalam dunia belajar subjek. Contohnya seperti, subjek tidak jarang menggunakan smartphone untuk hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran ketika kelas sedang berlangsung. Hampir setengah dari jumlah subjek yang ada juga mengaku sering mendengarkan lagu ketika kelas sedang berlangsung. Dan lebih dari setengah subjek yang ada menyatakan bahwa apabila ketika mereka tidak bersama smartphone, mereka merasa kesulitan dan tidak dapat belajar dengan baik. Akibatnya, subjek menjadi sangat bergantung kepada smartphone. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan modus yang didapatkan dari data-data tersebut.

Poster

B. Evaluasi
Awalnya kelompok merencanakan akan memulai pengerjaan proyek mini ini sebelum UTS. Namun, berhubung banyaknya tugas dan persiapan UTS, kelompok menunda pengerjaan proyek mini terus-menerus. Lalu, sehari setelah UTS, kelompok segera berdiskusi untuk menentukan topik dan judul proyek mini agar tidak semakin terbengkalai lagi. Biaya yang diprediksi awalnya adalah sekitar Rp 50.000,- ternyata setelah pelaksanaannya, biaya mencapai Rp 61.800,-. Secara garis besar, pengerjaan proyek mini ini berjalan dengan lancar meskipun menemui banyak kendala.

Testimoni Kelompok :
Waktu yang diberikan untuk pengerjaan proyek mini ini sebenarnya sudah lebih dari cukup. Namun, kesalahan kelompok adalah menunda pengerjaan terus menerus sehingga terburu-buru dalam mengerjakan proyek mini ini. Semua kendala yang kelompok hadapi memberi pelajaran kepada kelompok agar tidak menunda pekerjaan lagi. Dengan adanya proyek mini ini, kelompok pun mendapat pengalaman yang berharga dan berguna ke depannya.

·      Gustrispa Naomi Sirait (11-035)
Mengambil peran sebagai anggota kelompok dalam menjalankan suatu survey ini langsung ke lapangan adalah kali pertama saya lakukan. Saya sangat tertarik dengan segala pengerjaan proyek mini ini. Sebenarnya untuk menyelesaikan proyek ini tidak mudah, dibutuhkan kesungguhan dan kekompakan kelompok dalam setiap detail dan pengerjaannya. Berhubung anggota kelompok saya sangat bisa diandalkan, saya tidak merasa terbebani dengan proyek ini. Belum lagi begitu banyak manfaat yang saya dapatkan dari pengerjaan proyek mini.

·      Fera ( 11-037 )
Ini merupakan pertama kalinya saya melakukan survey secara langsung. Saya belajar banyak hal selama pengerjaan proyek mini ini, misalnya mulai dari bagaimana kerjasama kelompok untuk menentukan perencanaan, prosedur melakukan survey ke tempat lain, bagaimana membuat suatu kuesioner, dan semacamnya. Saya yakin proyek mini ini akan sangat bermanfaat bagi saya dan teman – teman lainnya sebagai bekal apabila ingin melakukan penelitian kelak.

·      Chindy ( 11-097 )
Membuat survey ( yang merupakan pertama kalinya bagi saya ) sangatlah tidak mudah, mulai dari perencanaan, pembuatan kuesioner hingga analisis data. Tetapi dengan dilakukannya survey secara langsung ini, menambah wawasan saya dalam melakukan survey dan di sisi lain mengakrabkan kelompok karena sering berdiskusi dan bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Walaupun untuk mendapat hasil akhir tidaklah mudah.

·      Fonds Novel ( 11-105 )
Membuat suatu penelitian itu tidaklah segampang yang dibayangkan. Sangat diperlukan usaha yang maksimal dalam menyelesaikan penelitian tersebut. Namun, hal ini telah menjadi pengalaman yang sangat berharga dan sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Dari yang pada awalnya tidak mengerti apa-apa, hingga sekarang akhirnya mampu menyelesaikannya.

Dokumentasi dengan beberapa murid (partisipan) :





Referensi :

Andragogi


Apa itu Andragogi?

Secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau membimbing. Jadi, andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar.
Istilah andragogi ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidikan Amerika Serikat, Malcolm Knowles.


Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
  2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
  3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
  4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).

Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children). Knowles juga menegaskan bahwa orang dewasa adalah diri yang terarah dan bertanggung jawab atas keputusannya.



Jadi Beda Pedadogi dengan Andragogi Apa?? Padahal sama-sama seni mengajar?  

Nah, Perbedaan Andragogi dan Pendagogi terdapat pada tabel dibawah ini…
  

Aspek Perbedaan
Pedagogi
Andragogi
Peserta didik
Anak
Dewasa
Guru/tutor
Memberi instruksi
Memberi fasilitas
Orientasi belajar
Berpusat pada isi pembelajaran
Berpusat pada masalah
Kondisi
Anak harus belajar
Orang dewasa ingin atau butuh belajar 


Apa Peranan Andradogi??
Perlunya penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan anak. Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang di transmisikan didasarkan pada pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi warga belajar di masa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar.
Bagi tenaga kependidikan luar sekolah, teori belajar orang dewasa tidak hanya diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan dalam setiap kegiatan belajar dan membelajarkan agar proses atau interaksi belajar yang dikelolanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Berikut akan dikemukakan karakteristik dari setiap kegiatan belajar secara teori belajar orang dewasa yang dapat diaplikasikan pada setiap tahap kegiatan belajar.

Sekian pembahasan mengenai Andargogi..
semoga bermanfaat... :)


sumber (semua sumber diambil pada tanggal 8 Mei 2012) :

Jumat, 01 Juni 2012

Pedagogi

Apa Itu Pedagogi?

Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno yang secara literal berarti "membimbing / mendidik anak”.  Dengan kata lain, Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.
Untuk menjadi seorang guru yang baik, terdapat beberapa kompentensi yang harus dimiliki seorang guru, antara lain :
  1. Kompetensi Pribadi
    Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), di antaranya:
(1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya
(2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama
(3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat
(4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma dan
(5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
  1. Kompetensi Profesional
    Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting. Oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut:
(1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran
(2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar
(3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya
(4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran
(5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar
(6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
(7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
(8) kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan dan
(9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

  1. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
    Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:
(1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional
(2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan
(3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara kelompok.

Guru akan memberi murid-muridnya kemampuan untuk menciptakan peta kognitif yang dapat digunakkan sebagai pedaman untuk memberikan tugas pelajaran kepada murid, sebagai pedoman penilaian kemajuan murid, dan sebagai pedoman dalam memberi pertanyaan dan menilai jawaban murid.
Hal yang dibutuhkan guru selain strategi pengajaran umum adalah pengetahuan isi pedagogis tentang cara mengajarkan suatu pelajaran tertentu secara efektif.

Dalam pedagogi, dibahas berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan pendidik untuk membantu anak membaca, menulis, matematika, sains, dan studi sosial secara efektif. Begitu pula dengan masing-masing bidang yang mempunyai banyak pendekatan-pendekatan misalnya pendekatan kognitif, pendekatan konstruktif sosial, perubahan developmental seperti yang terdapat dalam kompetensi-kompetensi diatas.




Survey Online

Dalam rangka menyelesaikan tugas survey online pada mata kuliah Psikologi Pendidikan, saya membuat survey yang berisi 5 pernyataan yang berhubungan dengan Metode belajar yang Digunakan, yang juga menjadi topik survey saya ini. Survey ini diisi secara online oleh 55 mahasiswa-mahasiswi fakultas psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2011. Berikut adalah pernyataan-pernyataan dan juga tanggapan-tanggapan yang diberikan atas pernyataan tersebut.

1. Saat belajar, saya membutuhkan ruangan belajar yang tenang

 Setuju 
 43

 79.63% 
 Netral 
9

 16.67% 
 Tidak Setuju 
 2 

 3.70% 

2. Saat belajar, saya dapat belajar dalam kondisi ruangan apapun, tidak harus pada kondisi ruangan yang tenang

 Setuju 
 12

 22.22% 
 Netral 
 14

 25.93% 
 Tidak Setuju 
 28 

 51.85% 

3. Saat belajar, saya harus mendengarkan musik favorit saya agar lebih bersemangat belajar

 Setuju 
 12 

 22.22% 
 Netral 
 32

 59.26% 
 Tidak Setuju 
 10 

 18.52% 

4. Saat belajar, saya perlu menghafal materi dengan membaca dalam hati

 Setuju  18 

 33.96% 
 Netral  27 

 50.94% 
 Tidak Setuju  8 

 15.09% 


5. Saat belajar, saya menghafal materi dengan cara membaca (bersuara) agar lebih mudah untuk diingat

Setuju  31 

 57.41% 
 Netral  15 

 27.78% 
 Tidak Setuju  8 

 14.81% 


Tabel diatas merupakan hasil dari survey online yang telah ditanggapi oleh 55 peserta yang mengikutinya. dapat kita lihat bahwa, rata-rata peserta setuju bahwa ada pengaruh situasi / keadaan ruangan dalam proses belajar dan cara menghafal materi dengan membacakan materi tersebut (bersuara). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruangan belajar yang paling sesuai untuk belajar adalah ruangan yang tenang dan membaca keluar suara materi yang dipelajari, sehingga konsentrasi belajar juga meningkat.

Saya sendiri juga merasa bahwa ruangan mempengaruhi proses belajar saya. Apabila pada ruang belajar yang bising, saya akan merasa terganggu dan proses belajar saya pun terhambat. Apabila ruangan belajar saya tenang saya akan lebih mudah untuk memahami suatu pelajaran yang sedang daya pelajari. Cara menghafal materi dengan bersuara juga sangat bermanfaat bagi saya. Dengan cara ini, saya merasa lebih mudah untuk menghafal dari pada dengan metode membaca dalam hati.

Survey Online yang saya coba kali ini, merupakan sebuah hal yang baru untuk saya karena saya sendiri juga tidak pernah mencoba melakukan survey secara online. Survey online ini dapat dilakukan oleh peneliti lainnya, sebab selain dilaksanakan tanpa menggunakan print out (menghemat biaya dan membantu mencegah Global Warming), suvey ini dapat dilaksanakan tanpa bertatap muka untuk membagikan print out tersebut.
Namun ada beberapa kendala apabila menggunakan survey online, antara lain:
  •  Sebelum menyuruh seseorang untuk mengisi survey kita harus memberikan link agar setiap individu dapat mengisi link tersebut.
  • Tidak semua orang mau mengisi survey tersebut karena takut merupakan sebuah website yang bervirus.
  •  Tidak semua orang memiliki fasilitas internet dan computer / laptop untuk mengisi survey tersebut.
Survey Online ini merupakan hal yang sangat praktis juga apabila masing-masing individu tersebut memiliki fasilitas internet dan juga komputer/laptop. Dalam applikasi yang saya gunakan untuk melakukan Survey Online ini juga menyediakan banyak fasilitas-fasilitas didalamnya dan memudahkan kita dalam menghitung hasil survey kita tersebut, sehingga kita tidak perlu menghitung hasil survey tersebut lagi.