Rabu, 25 April 2012

Teknologi dan Pendidikan

Hai hai semua...
Kali ini kami akan membahas tentang peranan teknologi dalam dunia pendidikan. 
Sebenarnya seberapa besar peran teknologi yang ada sekarang di dalam dunia pendidikan kita saat ini ataupun saat kita dulu masih bersekolah...?
Nah..pada penasaran..? Yuk,,kita bahas sama-sama ..




1. Persinggungan antara teknologi dan pendidikan menurut kami adalah ketika teknologi yang ada saat ini sudah amat mengalami perkembangan yang pesat. Sehingga peran teknologi bukanlah menjadi hal yang sekunder lagi, melainkan sudah menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam hidup sehari-hari. Demikian juga ketika tuntutan kerja yang sudah mengisyaratkan para pekerja ataupun para pelamar kerja untuk dapat menguasai teknologi tersebut, terutama komputer. Oleh karena itu, pada zaman sekarang ini, pelajaran mengenai teknologi sudah diperkenalkan kepada anak-anak dengan sedini mungkin agar dikemudian hari ia sudah dapat menggunakan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia pekerjaan. Teknologi yang dimaksud di atas adalah berupa aplikasi-aplikasi komputer (microsoft word, powerpoint,excell,dll yang digunakan dalam lingkungan pembelajaran) dan internet (untuk mencari informasi-informasi tambahan mengenai pembelajaran anak tersebut).


2. Perbandingan standar teknologi sekarang dan sewaktu kami bersekolah dulu dengan standar teknologi yang terdapat di buku pendidikan.
  • Di dalam buku, teknologi sebaiknya sudah diperkenalkan sejak pra-taman kanak-kanak, dan anak-anak sudah harus dapat mengoperasikan media teknologi tersebut, seperti komputer, dsb. Sedangkan pada kenyataannya, anak-anak pada jenjang pra-taman kanak-kanak hingga kelas 2 SD, anak-anak belum diperkenalkan dengan teknologi (komputer) tersebut.
  • Standardisasi yang ada di buku mengenai teknologi pada anak kelas 3 hingga 5 SD, anak-anak dituntut untuk sudah dapat menggunakan scanner dan mengakses internet. Sedangkan pada kenyataannya, anak-anak pada jenjang ini hanya sebagian yang telah diperkenalkan komputer di sekolah-sekolah mereka.
  • Pada jenjang kelas 6 hingga 8 , peserta didik telah dapat merancang desain dari suatu website dan mempublikasikannya, dsb sesuai dengan standar yang ada di dalam buku. Sedangkan pada kenyataannya pada masa kami dulu bersekolah, sekolah-sekolah belum megajarkan hal tersebut, melainkan mengajarkan cara untuk mengakses internet dan mengaplikasikan komputer, seperti Ms.Word, Ms.Excel, Ms.Access, dsb.
  • Pada jenjang kelas 9 hingga 12 , sesuai dengan standar di dalam buku, anak-anak sudah dapat mengakses informasi secara online dan secara rutin untuk melakukan research,publikasi,komunikasi, dan produktivitas. Sedangkan pada kenyataannya di sekolah-sekolahan belum semua hal tersebut diajarkan seperti publikasi dan produktivitas.

3. Pengertian  Ubiquitos Computing adalah komputer generasi ketiga ataupun berupa dunia pasca PC yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi latar belakang. Ubiquitos Computing merupakan kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitos computing  malah memaksa komputer untuk eksis dalam dunia manusia. Jadi, ubiquitos computing ini nantinya dapat membuat perangkat teknologi umum sperti telepon, laptop, dsb akan terkoneksi dengan internet dan pengguna mungkin tidak akan menyadari perangkat mana di lingkungaannya yang terkoneksi dengan internet.
    Menurut pendapat kami sebagai mahasiswa, ubiquitos computing ini dapat lebih membantu kami dalam mempermudah melakukan tugas-tugas pelajarann secara lebih cepat dan dalam mencari informasi yang kami butuhkan. Dengan bentuknya yang lebih kecil, ubiquitos computing ini dapat lebih mudah dan ringan untuk dibawa kemanapun dan memudahkan penggunaan tanpa dibatasi lokasi.
     Namun perlu juga kita sadari bahwa ubiquitos computing ini juga dapat semakin memudahkan kita untuk mengakses berbagai informasi yang tidak diinginkan karena jaringan internet akan tersambung setiap waktu. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, kita sebaiknya harus tetap selektif dalam menggunakannya.

Demikian penjelasan dari kelompok kami, semoga bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih :) \m/

Minggu, 08 April 2012

Psikologi Sekolah

Anggota Kelompok : 

Kedudukan Psikologi Sekolah dalam Ilmu Psikologi
Psikologi Sekolah adalah salah satu dari beberapa bidang psikologi pendidikan sehingga kedudukannya sangatlah penting. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Perbedaan Psikologi Sekolah dan Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan pada sistem atau metode pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan adalah memberikan pengetahuan riset yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk situasi mengajar, mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik , sosialisasi, dan emosi. Psikologi sekolah juga  bertujuan untuk membentuk mind set anak.
Maka perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah dapat dilihat dari ruang lingkupnya. Psikologi pendidikan bergerak dalam bidang yang luas, sedangkan psikologi sekolah hanya bergeak dalam ruang lingkup sekolah.
Psikologi pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran, sedangkan psikologi sekolah berhubungan dengan anak didik di sebuah sekolah, contohnya seperti memberikan nasehat mengenai masalah yang ada di dalam sekolah,  pembinaan murid dan guru, pengembangan kognitif, kreatif, etik, dan juga pengembangan kemampuan siswa dalam ruang lingkup sekolah.

Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah diharapkan mnejadi sarana dimana terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang berperilaku buruk menjadi lebih baik. Tentu saja hal ini hanya dapat terjadi apabila semua bagian-bagian dari perubahan tersebut saling mendukung prosesnya. Maksudnya adalah jika di sekolah dasar, anak – anak telah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, namun di rumah seorang murid tempat sampah hanya tersedia di tempat yang sulit dijangkau oleh seorang anak berumur tujuh tahun, sehingga anak tersebut malas untuk melaksanakan perbuatan yang baik tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika dirumah seorang anak diajarkan untuk selalu menyapa guru – guru disekolah, namun para guru disekolah cenderung mengacuhkan anak murid tersebut, maka usaha orangtua untuk memperbaiki sikap anaknya tersebut akan sia – sia. Jika seluruh komponen dalam dinamika tersebut telah bekerjasama untuk mendukung proses tersebut, maka sangat besar kemungkinan perubahan menuju arah yang lebih baik akan terjadi.

Metode yang Dapat Digunakan dalam Sistem Pengajaran di Sekolah
Metode belajar – mengajar dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau menanamkan pengetahuan kepada subjek didik, murid, atau anak melalui sebuah kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah, rumah, kampus, pondok, dll.
Metode yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain berbentuk ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan metode demonstrasi (praktek).
·      Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru dalam dunia pendidikan
·      Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya.
Metode  ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan- kekurangan pada metode ceramah, apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka siswa / anak didik dapat langsung menanyakan pada guru.
·      Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru.
Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya.
·      Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.

Permasalahan – permasalahan yang Terjadi di Sekolah dan Solusi Pemecahan Masalah
Sekolah adalah lingkungan yang sangat kompleks, tempat yang memungkinkan bertemunya berbagai macam orang berbeda. Segala perbedaan tersebut memberi peluang untuk terjadinya permasalahan dan konflik jika tidak disikapi dengan benar. Berikut ini akan dipaparkan beberapa permasalahan dan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
1.      Perilaku Menyimpang
Contoh kasus: seorang murid yang tidak bisa duduk tenang di bangku atau bergoyang-goyang saat presentasi di depan kelas
Hal ini disebabkan oleh rasa nervous yang berlebihan dan dapat diatasi dengan bantuan pengajar yang menenangkan murid tersebut dengan mengalihkan perhatian murid bermasalah tersebut dari kegugupannya dengan melontarkan lelucon ataupun menyemangatinya.
2.      Perilaku Bermasalah
Contoh kasus: murid yang malu bertanya
Hal ini biasanya terjadi karena beberapa hal seperti: tidak biasa untuk bertanya, takut pertanyaaannya terdengar konyol, tidak suka menjadi pusat perhatian. Solusi untuk hal ini mungkin adalah dengan menunjuk pasti anak tersebut dan memintanya untuk bertanya tentang hal yang ia ingin ketahui.
3.      Penyesuaian Diri yang Salah
Contoh kasus: murid yang menyontek pekerjaan temannya
Hal ini seharusnya dapat diselesaikan dengan memberikan peringatan maupun hukuman yang membuat dia mengerti bahwa tindakan yang dia lakukan tersebut salah dan tidak hanya merugikan teman yang dia contek tetapi juga merugikan dirinya sendiri.
Terdapat beberapa kasus lainnya seperti bullying/penindasan yang sering dilakukan oleh senior terhadap junior. Kasus inilah yang paling sering terjadi sekarang dan harus ditindak dengan benar. Salah satu cara untuk menghentikan penindasan ini adalah memperketat peraturan sekolah tentang isu tersebut, contoh: memberikan sangsi untuk anak yang terlibat penindasan. Beberapa cara lain juga dapat dilakukan seperti melakukan sosialisasi bagi tiap murid untuk menyadari diri mereka sendiri, memperkuat pelajaran agama, karena agama adalah cara yang paling efektif untuk menahan diri seseorang dari perbuatan yang salah. Cara lain tersebut juga dapat dilakukan untuk masalah-masalah lainnya. Namun, komunikasi efektif antara orangtua dan para pendidik di sekolah akan sangat membantu untuk mencegah berbagai permasalahan yang mungkin terjadi.

Fungsi dan Peran Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikolog Sekolah
Dalam pelaksanannya, psikolog sekolah berhadapan langsung dengan murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas, guru secara perorangan, kelompok guru , tenaga administrasi. Psikolog sekolah sangat berperan penting dalam pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik di sekolah:
  • Pelaksanaan tes 
  • Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa 
  • Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya 
  • Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa
Psikolog sekolah bekerja dengan masing-masing siswa dan kelompok siswa untuk mengatasi masalah perilaku, kesulitan akademis, cacat dan isu-isu lainnya. Mereka juga bekerja dengan guru dan orang tua untuk mengembangkan teknik untuk menangani dengan rumah dan perilaku kelas. Tugas lainnya termasuk siswa pelatihan, orangtua dan guru tentang bagaimana mengelola situasi krisis dan masalah penyimpangan.
Psikolog Sekolah juga bertindak sebagai pendidik oleh orang lain dalam membantu memahami lebih lanjut tentang perkembangan anak, masalah perilaku dan teknik perilaku manajemen.

Hal – Hal yang Diberikan dalam Kaitanya dalam Layanan Psikolog Sekolah
Berikut layanan yang diberikan oleh seoran psikolog sekolah :
  1. Membantu pihak sekolah, khususnya guru, dalam menangani siswa sekolah yang mengalami masalah psikologis.
  2. Membantu orangtua menangani masalah yang ada pada anak mereka yang bersekolah di sekolah.
  3. Membantu siswa baik secara individual maupun kelompok untuk menangani masalah yang mereka hadapi di sekolah dan rumah.
  4. Memberikan pengarahan dan pelatihan secara berkala untuk para guru berkaitan dengan perkembangan anak dan permasalahan psikologis lainnya.
  5. Memberikan seminar / workshop / sharing session pada orangtua secara berkala.
  6. Membantu pihak sekolah dalam proses seleksi siswa baru.
  7. Membantu pihak sekolah dalam proses rekrutmen dan seleksi guru.
Penanganan masalah pada siswa yang dilakukan di sekolah meliputi: observasi ; evaluasi / tes psikologis; wawancara dengan siswa & orangtua ; memberikan konseling baik bagi siswa maupun orangtua ; bekerja sama dengan guru dalam menangani siswa ; dan memberi rujukan.

Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan, dan Guru BK
Seorang psikolog pendidikan berkaitan dengan membantu anak – anak atau remaja yang mengalami masalah dalam pengaturan pendidikan dengan tujuan meningkatkan proses belajar mereka. Tantangan dapatmencakup masalah – masalah sosial ,emosional, atau kesulitan belajar. Pekerjaan dalam lingkup individual atau kelompok, menasehati guru, orangtua, pekerjasosial, dan profesional lainnya.
Kinerja melibatkan penilaian dari pengamatan anak menggunakan wawancara dan bahan uji. Mereka menawarkan berbagai intervensi yang tepat seperti belajar program dan kerja kolaboratif dengan guru atau orangtua. Psikolog pendidikan juga memberikan pelatihan in-service untuk guru dan profesional lain pada isu isu seperti perilaku dan manajemen stres. Pekerjaan juga melibatkan penelitian dan memberikan nasehat mengenai ketentuan dan kebijakan pendidikan.
Seorang psikolog sekolah adalah jenis psikolog yang bekerja dalam sistem pendidikan untuk membantu anak – anak dengan masalah emosional, sosial, dan akademik. Tujuan dari psikolog sekolah adalah untuk berkolaborasi dengan orangtua , guru, dan siswa untuk mempromosikan lingkungan belajar yang sehat yang berfokus pada kebutuhan anak-anak.
Menurut National Association of Sekolah Psikologi (NASP), terdapat 5 ( lima ) wilayah utama dimana psikolog sekolah menyediakan jasa:
1. Konsultasi
2. Evaluasi
3. Intervensi
4. Pencegahan
5. Penelitian dan Perencanaan
Bimbingan konseling menempati bidang pembimbingan siswa dalam keseluruhan, proses dan kegiatan pendidikan. Pemberian bimbingan konseling kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri secara optimal. Bimbingan konseling dapat berfungsi pengembangan artinya, bimbingan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap.
Tugas Guru BK/Konselor Menurut PP No. 74 Tahun 2008 :
Guru bimbingan konseling  / konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pembimbingan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling / konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
  1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami serta menilai bakat dan minat.
  2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat.
  3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah / madrasah secara mandiri.
  4. Pengembangan karir, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/perbandingan-psikolog-pendidikan-dengan-guru-bpbk/

Rabu, 04 April 2012

Pendidikan Anak Prasekolah dan Ciri-Cirinya


Kelompok 4:



Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir   yang   sudah   mulai   dapat   menyerap   pengalaman­pengalaman   melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kira­kira 3  tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (Theo & Martin, 2004).

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat atau disebut juga pendidikan anak pada usia dini (PAUD). Perkembangan sosial merupakan proses pencapaian kematangan dalam hubungan social dan dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.

Pendidikan anak usia dini (PAUD)  adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini, pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya pendidikan anak usia dini bagi  perkembangan  kognitif  anak. 

Adapun tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.

Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga enam tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati.

Namun pada usia ini pula anak belum bisa membedakan mana info yang baik dan yang tidak baik bagi mereka dan yang tidak boleh dilupakan, dari sini sistem pendidikan pra sekolah untuk mendidik anak sejak dini yang diadakan akan punya peran yang penting, sebab pendidikan pra sekolah (PAUD) akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap. Sehingga mereka sudah bisa membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang merupakan pelanggaran serta tidak boleh ketika masuk pada pendidikan dasar pertama.

Adapun pelajaran yang diberikan pada sistem pendidikan pra sekolah tidak hanya melalui perkataan saja, namun justru lebih mementingkan pada bentuk-bentuk permainan edukatif dan kandungan moral yang tinggi. Jadi anak tidak akan merasa terbebani dan tetap bisa melewati masa kanak-kanaknya yang penuh kegembiraan bersama teman-teman sebayanya.

Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania 2010). Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
1.  Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan
2.      Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar
3.  Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
4.      Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga.
Dalam proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya dikenal dengan anak TK. Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.

1.      Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK.
·    Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
·         Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
·         Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
·   Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
·         Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
·     Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
o    Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
o   Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah. (Santi Hartono, 2010)

2.      Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
·     Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
·         Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
·        Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a.       Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b.      Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
c.  Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d.   Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e.    Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f.  Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

3.      Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
·     Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

4.      Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
·         Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
·         Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
a.       Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b.      Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c.   Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
·         Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri, seperti:
a.   Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
b.      Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
c.       Kagumilah apa yang dilakukan anak.
d.  Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
o   Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner dan animasi yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
o   Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.


Sumber :
·         http://www.duniapsikologi.com/ciri-ciri-anak-prasekolah-atau-tk/